Langsung ke konten utama

Wisata Hidden Gem Air Terjun Coban Talun Batu Malang dan Sensasi Pendakian Bukit Kaliandra



Kota Batu memang populer dengan wisatanya, Coban Talun salah satunya. Coban Talun terletak di Kecamatan Bumiaji yang berdekatan dengan wisata petik apel atau sekitar 9 km dari pusat Kota Batu, bila menggunakan maps sudah tersedia titik terdekat menuju pintu masuk wisata. Bila bingung, bisa bertanya warga lokal yang dengan senang hati akan mengarahkan. Setelah sampai dan parkir motor, Saya dan teman saya mulai berjalan dari tempat parkir motor ke loket wisata yang berjarak sekitar 50 meter. Untuk harga tiket masuk sebesar 12.000 perorang dan kami pun tidak sabar memulai perjalanan.

 

Eksotisnya Air Terjun Coban Talun





Sebelum ke air terjun disarankan untuk melemaskan otot kaki terlebih dulu.  Karena ternyata bila ingin menuju air terjun harus menempuh perjalanan sekitar 20-30 menit atau sekitar 2 km pulang pergi tergantung lambat atau cepatnya Anda berjalan. Tapi jangan khawatir, meskipun harus menempuh beberapa menit, pemandangan dengan vegetasi alam tidak akan membuat Anda kecewa maupun bosan.

Sesampainya di air terjun yang menurut informasi memiliki ketinggian sekitar 30 meter ini, puas dan lega sekaligus bersyukur betapa indahnya alam, segarnya air, dan ya ramai pengunjung meskipun bukan weekend.

Selain tadabur alam, apalagi yang saya lakukan selain berfoto, terdapat pula area untuk bersantai dan beristirahat bahkan tersedia pula ojek dengan membayar 20-30 ribu. Karena saya gemar berjalan, maka sangat sayang untuk merogoh kocek tersebut dan kami putuskan untuk berjalan sampai pulang nanti.

 

Hidden Gem Bukit Kaliandra



 

Setelah dari air terjun Coban Talun, kami kemudian memutuskan untuk ‘melipir’ ke Bukit Kaliandra. Sebenarnya tujuan utama kami ke Batu memang bukit Kaliandra, menurut ulasan Google jika kesana bisa menikmati view cakepnya pegunungan Anjasmoro.

 Dari Coban Talun menurut orang pertama yang kami tanyai, kami harus turun dari air terjun terlebih dulu karena jalannya berbeda, namun Ajaib saat Saya bertanya ke orang yang berbeda ternyata ada jalan alternatif menuju kesana. Tanpa basa basi setelah berkenalan dengan Bapak bertopi ini kami kemudian berpamitan untuk melanjutkan perjalanan. Awalnya beliau menawarkan diri untuk mengantarkan kami, tapi dengan sigap saya menolaknya karena saya tahu beliau juga masih bekerja mencari kayu.



 Perjalanan melalui jalan alternatif memang sepi, tapi kami justru puas menikmati sejuknya hutan pinus, taman bunga pancawarna atau bunga bokor, hingga tersesat di kebun warga. Dengan perjalanan sekitar 10-15 menit kami akhirnya sampai di bukit Kaliandra yang ternyata view Gunung Anjasmoro memang terlihat cukup jelas disana. Menurut informasi tambahan dari warga lokal bila cuaca bagus alias tidak mendung akan terlihat pula Gunung Arjuno dan Gunung Panderman  keren sekali bukan.

 View hingga tempat memang cocok untuk mendirikan tenda namun Anda harus berhati-hati karena ada kawanan monyet yang bersembunyi di balik lebatnya pohon di jalan menuju bukit. Disarankan tidak terlalu malam untuk turun karena tempat jauh dari pengawasan. Setelah sibuk berfoto, view air terjun Coban Talun juga tergambar jelas disana.

Setelah terdengar adzan dhuhur, kami pun memutuskan untuk turun dengan melewati jalan yang berbeda lagi saat menuju ke Bukit Kaliandra dan di jalan terakhir menuju parkiran kami menemukan rombongan komunitas Jeep yang asyik berfoto dan berjoget di tepi sungai. Lagi-lagi sensasi Coban Talun masih terasa disini. Sebenarnya terdapat spot foto lain pula seperti wahana Apache hingga penginapan namun rasa capek sudah menyergap tubuh ini jadi kami akhirnya memutuskan untuk pulang.

Terakhir, Malang tanpa kuliner rasanya kurang lengkap. Kami memutuskan untuk menutup perjalanan dengan membeli semangkok bakso Malang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bukit Mencol Karangasem Bali Timur, Surga Tersembunyi dengan Pura Suci dan Pantai Gili Selang

  Perjalanan di Bali berlanjut ke wilayah Bali paling Timur yaitu ke Bukit Mencol.   Bukit Mencol terletak di Banjar Gili Selang tepatnya di Seraya Timur. Pagi-pagi buta, Saya diajak Cici untuk berkeliling desa, berwisata, sekaligus menikmati pemandangan matahari terbit. Dalam hati   berkata, wisata apa yang pagi-pagi buta sudah buka? Kemudian Saya mengiyakan tanpa mandi maupun berdandan hehe. Namun tidak disangka makin ke ujung timur makin terlihat keren. Sepanjang perjalanan, Saya hanya ‘mlongo’ dan terus mengaktifkan kamera ponsel mode foto. Tidak disangka pemandangan hijau perbukitan dengan landscape pura suci dan pantai begitu indah tampak dari kejauhan. Jalanan pun sudah mulus beraspal. Nikmat mana lagi yang kau dustakan? Alasan Bangunan di Bali Tidak Melebihi Pohon Sedikit cerita saat perjalanan, pura suci Bali ternyata ada juga yang terletak di atas bukit. Saya juga tidak melihat ada rumah yang bangunannya menjulang tinggi atau melebihi pohon kelapa. Cici ke...

Kisah Lain di Benteng Pendem Van Den Bosch Ngawi dan 3 Jam Motoran yang Berkesan

  Motoran dari Kediri ke Ngawi membawa tantangan tersendiri, 3 jam sudah waktu yang kami tempuh dimulai dari kota asal kami, Pare Kediri menuju Ngawi pukul 06.30 wib. Berbekal nyali para perempuan tangguh sebelum menjelang siang atau sekitar pukul 09.00 wib kami pun telah sampai di kota yang mendapat julukan kota bambu dengan icon monumen bambu bertuliskan “Ngawi Ramah”. Benteng Van Den Bosch atau dikenal dengan Benteng Pendem yang terletak di pertemuan sungai Madiun dan sungai Bengawan Solo, berlokasi tidak begitu jauh dari pusat kota yaitu berjarak 1 km. Setelah memasuki lokasi Benteng Van Den Bosch kami parkirkan motor dan membayar tiket masuk sebesar 10.000 rupiah. Pemugaran Benteng Van Den Bosch Memasuki pelataran benteng, menurut versi yang Saya baca dan pengamatan secara langsung, memang benteng ini terlihat seperti dipendam dan dibangun lebih rendah dari tanah disekelilingnya. Fakta menariknya benteng ini ternyata sudah pernah dilakukan pemugaran di mulai dari tahun 2...

Bertemu dan Bertamu hingga Belajar Filosofi Rumah di Bali

Setiap kali berkunjung ke tempat baru Saya selalu menemukan pelajaran yang berharga terutama terkait perbedaan. Kalau kata Saya, apalah arti warna tembok jika yang beragam warnanya itu lebih indah. Bali menjadi salah satu bucketlist yang Saya tulis beberapa tahun lalu dan alhamdulillah terwujud pada 2023. Bersyukur dipertemukan dengan teman lintas pulau dan sekalinya bertemu teman baru maka belum afdol rasanya jika belum bertamu.  Selama perjalanan beberapa hari di Bali, Saya cukup excited dengan suguhan alam yang asri, barisan bukit yang indah, laut yang biru dan satu lagi rumah adat Bali yang khas. Khasnya Rumah Adat Bali Menurut kacamata awam Saya, sepanjang perjalanan dari Denpasar menuju Karangasem sangat banyak dijumpai gapura halaman rumah yang mirip candi atau pura serta atap khas Bali.   Mungkin dulu kita juga pernah mendengarnya pada mata pelajaran sejarah, ada sebuah manuskrip Hindu dengan judul “Lontar Asta Kosala Kosali” yaitu tentang aturan pembuatan rumah, pur...